Kamis, 09 Juni 2011

asuhan keperawatan pada pasien SLE

Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang MULTIPEL SKLEROSIS, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datag dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang MULTIPEL SKLEROSIS yang sangat berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, penyusun mohon untuk saran dan kritiknya demi untuk membangun, terima kasih.



Bengkulu, Mei 2011



Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Sklerosis Multipel adalah suatu kelainan dimana saraf-saraf pada mata, otak dan tulang belakang kehilangan selubung sarafnya (mielin).System saraf perifer tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada myelin. Mutiple sclerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Multiple sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan bias hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan. Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991) Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori multiple sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah :
a.Relapsing Remitting MS
Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat pulih.Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum
1.2. Tujuan
Tujuan umum makalah ini ntuk mengetahui penyakit multiple sclerosis secara menyeluruh.





BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT

2.1. Definisi

Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degeneratif
dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis
Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yaklni adanya material lunak dan protein disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin adalah Substansi putih yang menutupi serabut saraf yang berperan dalam konduksi saraf normal (konduksi salutatory). MS merupakan salah satu gangguan neurologik yang menyerang usia muda sekitar 18-40 tahun. Insidens terbanyak terjadi pada wanita.
Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif. (doenges dkk)
Penyebab SM belum diketahui. Beberapa penelitian memunnjukkan adanya kerusakan myelin merupakan kajadian primer dan dapat juga diakibatkan infeksi virus ppada awal kehidupan yang terlihat pada awal suatu proses imun pada kahidu[an selanjutnnya. (brunner & suddart)
Temuan epidemiologic menunjukkan bahwa SM lebih umum terjadi pada orang-orang yang hidup didaerah utara dengan temperatur tinggi. Penyakit ini merupakan salah satu kasus penyakit neurologik yang menyebabkan pada kecacatan pada dewasa muda. (usia muda 20-40 tahun) di Amerika Serikat, dan terjadi 2x lebih banyak pada wanita dari pada pria. Kejadian pada pasien usia muda dapat menimbulkan masalah dalam pengobatan, masalah psikologik, social dan ekonomi yang tinggi diantara pasien dan keluarga. (brunner & suddart)

2.2. Etiologi
Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor genetic.
Ada beberapa factor pencetus, antara lain :
- Kehamilan
- Infeksi yang disertai demam
- Stress emosional
- Cedera

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis yang paling nyata adalah factor genetik (mirip kenker), tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru membantah kesimpulan ini. Penelitian terbaru membuktikan bahwa Multiple Sclerosis
Faktor keturunan tampaknya berperan dalam terjadinya sklerosis multipel.
Sekitar 5% penderita memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan yang juga menderita penyakit ini dan sekitar 15% penderita memiliki keluarga dekat yang menderita penyakit ini.-Faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya penyakit ini..
Sklerosis multipel hampir tidak pernah menyerang orang-orang yang tinggal di dekat katulistiwa.
Iklim dimana seseorang tinggal pada 10 tahun pertama kehidupannya tampaknya lebih penting daripada iklim dimana seseorang tinggal setelah 10 tahun pertama kehidupannya, Meskipun para ahli menemukan bahwa MS itu berhubungan dengan infeksi (virus) , imunologis, dan factor genetic serta mengekalkan (menetap) sebagai hasil dari factor intrinsik (contoh kegagalan imunoregulasi). Hal yang sudah diterima pada MS akan diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga relative pada klien dengan MS. Yang meningkatkan resiko secara perlahan. Multipel unlinked genes akan mudah diterima pada MS.
Adanya faktor presifitasi terdiri dari terpaparnya pada agen pathogenik sebagai penyebab dari MS masih kontroversi. Ini mungkin karena asosiasi mereka masih acak dan tidak adanya hubungan sebab akibat disana. Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi , cedera fisik dan strees emosional,kelelahan berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini :
• Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsag / infeksi virus)
• Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
• Racun yang beredar dalam CSS
• Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing
2.3 Patofisiologi

MS ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka).Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi).Tsel ini dalan hubunganya dengan astrosit,merusak barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun.
Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , atau sklerosis dengan flak yang tersebar.Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) aanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan). Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan pengurangan.
Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.
2.4 Manifestasi klinik

Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
• Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
• Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis, kelemahan otot bicara dan facial palsy.
• Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.
• Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus, diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.
• Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.
• Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia.
• Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang, demensia.
• Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks abdomen.


















2.5 WOC
















2.6 Penatalaksanaan
Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul
Farmakoterapi :
a. Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat meningkatkan konduksi saraf.
b. Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin, betaseron.
c. Baklofen sebagai antispasmodic
Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk mencegah kerusakan lenih lanjut.
Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot

2.7 Komplikasi
• Ada beberapa penyakit yang menyerupai sklerosis multiple :
Infeksi otak karena bakteri atau virus (penyakit Lyme, AIDS, sifilis)
• Kelainan struktur pada dasar tengkorak dan tulang belakang (artritis berat pada leher, ruptur diskus spinalis)
• Tumor atau kista di otak dan medula spinalis (siringomielia)
• Kemunduran spinoserebelar dan ataksia herediter (penyakit dimana aksi otot tidak teratur atau otot tidak terkoordinasi)
• Stroke ringan (terutama pada penderita diabetes atau hipertensi yang peka terhadap penyakit ini)
• Sklerosis amiotrofik lateralis (penyakit Lou Gehrig)
• Peradangan pembuluh darah di dalam otak atau medula spinalis (lupus, arteritis).





2.8 Pemeriksaan Penunjang
 Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG).
 DCT Scan : gambaran atrofi serebral
 MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.
 Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
 Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif.


BAB III
KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian
1. DATA UMUM :
o Biodata
Meliputi nama,umur jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agam, siku , bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi.
o Keluhan utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.
o Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perifer yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
o Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.

2. DATA DASAR :
o Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, intoleransi aktivitas, kebas, parastesia eksterna
Tanda : kelemahan umum, penurunan tonus/massa otot, jalan goyah/diseret, ataksia
o Sirkulasi
Gejala : edema
Tanda : ekstremitas mengecil, tidak aktif, kapiler rapuh
o Integritas ego
Gejala : HDR, ansietas, putus asa, tidak berdaya, produktivitas menurun
o Eliminasi
Gejala : nokturia, retensi, inkontinensia, konstipasi, infeksi saluran kemih
Tanda : control sfingter hilang, kerusakan ginjal
o Makanan / cairan
Gejala : sulit mengunyah/menelan
Tanda : sulit makan sendiri
o Hygiene
Gejala : bantuan personal hygiene
Tanda : kurang perawatan diri
o Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri spasme, neuralgia fasial
o Keamanan
Gejala : riwayat jatuh/trauma, penggunaan alat bantu
o Seksualitas
Gejala : impotent, gangguan fungsi seksual
o Interaksi social
Gejala : menarik diri
Tanda : gangguan bicara
o Neurosensori
Gejala : kelemahan, paralysis otot, kebas, kesemutan, diplopia, pandangan kabur, memori hilang, susah berkomunikasi, kejang
Tanda : status mental (euphoria, depresi, apatis, peka, disorientasi.
Bicara terbata-bata, kebutaan pada satu mata, gangguan sensasi sentuh/nyeri, nistagmus, diplopia
Kemampuan motorik hilang, spastic paresis, ataksia, tremor, hiperfleksia, babinski + , klonus pada lutut
o Identitas
Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th) dan dua kali lebih banyak pada wanita daripada pria.



3.Pemeriksaan fisik
o Keadaan Umum
Lemah, jalan goyang, kepala pusing, diplodia, kekejangan otot / kaku otot
o T T V
• Tekanan darah : menurun
• Nadi : cepat – lemah
• RR : normal
• Suhu : normal
• BB & TB : normal / sesuia pemeriksaan.
o Sistem Intergumen
Resiko terjadinya dekubitus karena intoleransi aktivitas
o Sistem Gastrointestinal
Mengalami perubahan pola makan karena mengalami kesulitan makan sendiri akbiat gejala klinis yang ditimbulkan.
o .Sistem Eliminasi Urine
BAK : mengalami inkontinensia & nokturia selama melakukan eliminasi uri
o Sistem eliminasi alvi
BAK : tidak lancar 3 hari 1x dengan konsistensi keras, warn kukning bu khas feses
o Sistem Murkulus skeletal
Kesadaran : -Apatisi 3-4-6
-Terjadi kelemahan paralisis otot, kesemutan, nyeri (perasaan
tertusuk-tusuk pada bagian tubuh tertentu)
o Sistem Neurologi
o Terjadi perubahan ketajaman penglihatan (diplobia), kesulitan dalam bekomunikasi (disastria)
3.2 Analisa data
No Diagnosa Keperawatan Etiologi Masalah
1. DS:
• Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas
• Klien mengatakan badannya terasa lemah
• Klien mengatakan insomnia
• Klien mengatakan adanya kesemutan pada ekstremitas
DO:
• Klien tampak sulit melakukan aktivitas
• Klien tampak kurang tidur
• Klien tampak lemah
• TTV:
o TD: 100/80mmHg
o ND:50 x/i
o RR: 20x/i
o S :36,5 Kelemahan,parisis obat,spastisitas kerusakan mobilitas fisik
2. DS:
• Klien mengatakan adanya perubahan ketajaman pada penglihatan (diplopia)
• Klien mengatakan adanya nyeri
DO:
• Klien tampak meringis kesakitan
• Klien tampak kesuliata melihat
• TTV:
o TD:100/80mmHg
o ND:110x/i
o RR:20x/i
o S :36,5 Kerusakan sensori dan penglihatan Resiko terhadap cidera
3. DS:
• Klien mengatakan adanya impoten
• Klien mengatakan kesulitan mencapai orgasme
• Klien mengatakan berkurangnya sensasi divagina
DO:
• Klien nampak stress
• Klien nampak lelah
• TTV:
o TD:100/80mmHg
o ND:50x/i
o RR:20x/i
o S :36,5 Disfungsi medula spinalis Perubahan eliminasi urinarius

3.3 Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paresis obat, spastisitas.
2.Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan.
3.Perubahan eliminasi urinarius dan defaksi berhubungan dengan disfungsi medula spinalis


3.4. NCP (Nurse Care Planning)
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Kerusakan mobiliyas fisik b.d kelemahan, paresisobat, spastisitas Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diahrapkan mampu melakukan mobilitas fisik • Mampu mengidentivikasi factor-faktor resiko dan kekuatan individu yang mempengaruhi toleransi terhadap akktivitas
• Mampu mengidentivikasi beberapa alternatif untuk membantu mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang
• Mampu mendemonstrasiakan teknik/tingkah laku yang dapat mempertahankan /meneruskan aktivitas Mandiri:
• Tentukan tingkayt aktivitas sekarang /keadaan fisik pasien




• Catat dan terima keadaan kelemahan(kelelahan yang ada)






• Identifiaksi factor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti: temperature yang sangat tinggi, pemasukan makanan yang tidak adekuat, onsomnia, pengguanan obat-obat tertentu

• Buat rencana perawatan dengan periode istirshat konsisten diantara aktivitas

• Teriam keadaan pasien untuk tidak mapu melakukan aktivitas tertentu

• Evaluasi keampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman



Kolaborasi:
• Konsultasi dengan ahli terpi fisik/terpi kerja






• Rekomendasikan kelompok-kelompok yang melibatkannya dalam latihan/kebugaran dan /kelompok SM



• Bantu dengan terapi alternative, seperti O2 hiperuarik

• Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rahabilitas

• Penelitian mengindikasikan bahwa kele;ahn yang dilami oleh pasien SM dapat disebabkan oleh pemakaian energy yang minimal, lebih sering dan berat dari pada kelehan “normal” memiliki gangguan AKS yang tidak sesuai

• Memberiakn kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahnkan/ meningkatkan mobilitas



• Menurunkan kelelahan, kelemahan otot yang berlebihan


• Kemampuan bervariasi dari kejadian-kejadian lain

• Latihan berjalan dapat meningkatkan kemampuan dan keefektifan pasien untuk berjalan



• Bermanfaat dalam mengembangkan program latihan individual dan mengidentivikasi kebutuhan alat untuk mengembangkan spasme otot

• Membantu pasien tetap termotivasi pada bagian yang masih aktif dalm keterbatasan kemapuan /keadaannya kelompok aktivitas ini perlu diseleksi untuk memenuhi kebutuhan dan kecemasan pasien
• Berdasarkan eksperimen digunakan(pada fase awal) untuk meningkatkan remielinisasi, walaupau hasilnnya sekarang belum meningkat
2 Resiko terhadap cidera b.d kerusakan sensori dan penglihatan Setelah dilakukak intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko terhadap cedera tidak ada • Mampu mengenali hubungan antara proses penyakit(lesi cerebral)n dan respon emosi, perubahan prosesz fikir yang menyimpang, emosi yang stabil, penurunan kognitif
• Mampu mengungkapkan kesadran terhadap kemampuan/kemuatan diri sendiri
• Mampu mendemonstrasiakn perubahn gaya hidup/prilaku untuk mencegah/meminimalakn perubahan mental dan mempertahankan orientasi realita Mandiri:
• kaji kemampuan/keterbatasan yang dialami saat ini: catat adanya proses piker yang menyimpang, emosi yang stabil, penuruna kognitif

• pertahankan kepedulian/tingkah laku yang biajksan, hubungan orientasi realiata



• anjurkan untuk mengungkapakan perasaan takutnya, meneriam pakah pasien mengatakan de4ngan cara yang kurang benar


• observasi komunikasi non verbal, seperti posisi tubuh, kontak mata, gerakan tertentu



kolaborasi:
• rujuk pada program latihan kognitif






• rujuk konkeselor untuk konseling, perwat spesialis jiwa ssesuai dengan kebutuhan
• pengaruh organik atau psikologik menyebabkan pasien mudah distraksi: kesulitan lamanya untuk kosentrasi



• menurunkan kebingungan dan meminimalkan nyeri, frustasi berlebihan b.d adapatasi pada perubahan gaya hidup/ perubahan lingkungan

• dapat menurunkan ketakuatan pasien, mengenbangkan kepercayaan dan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah

• dapat memberikan informasi yang kusus mengenai pakah yang sudah dirasakan pasien sekarang



• peningkatan kemampuan kognitif dapat meningkatkan kemampuan keterampilann berfikir dasar ketika rentang pasien memendek

• mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi masalah harga diri dan dan mendapatkan keterampilan koping efektif
3 Perubahan eliminasi urinarius dan defaksi b.d dispungsi medulla spenalis Setelah dialakukan intervensi keperawatan selam 2x24 jam diharapakan tidak adanya perubahan eliminasi pada urinariaus dan defaksi • mampu mengungkapakan pemahamannya
mengenai keadaannya

• mendemonstrasikan teknik/prilaku / untuk mencegah/menurunkan infeksi Mandiri:
• catat frekuensi berkemih, adanya berkemih yang tidak dapat ditahan


• lakukan program latihan kandung kemih

• tingkatkan latihan secara terus menerus

• anjurkan pasien untuk mengobservasi sedimen/darah dalam urine

kolaborasi:
• pasang kateter sesuai dengan kebutuhan





• ajarkan mengenai kateter mandiri





• berikan pengobatan sesuai dengan kebutuhan seperti: anti microbial, mkkrodantin



• ajarkan mengenai kateter mandiri
• memberikan informasi mengenai derajat gangguan eliminasi atau mungkin merupakan indikasi adanya infeksi kandung kemih

• membantu untuk mempertahnkan fungsi kandung kemih yang adekuat

• menurunkan resiko berkembangnya infeksi pada saluran kemih atau pada kandung kemih

• merupakan indikasi adanya infeksi yang memerlukan evaluasi/pengobatan selanjutnya

• mungkin diperlukan jika pasien tidak mengosongkan kandung kemih atau adanya retensi urine


• membantu pasien untuk mempertahankan otomi dan meningkatkan perawatan pribadi

• obat bakteoristik yang menghambat pertumbuhan kuman, infeksi dengan segera adalah penting untuk mencegah komplikasi yang serius

• membantu pasien untuk mempertahankan otonomi dan meningkatkan perawatan pribadi








BAB IV
PENUTUP


4.1 Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penyusun menyarankan kepada pembaca sekalian agar dapat menjaga kesehatan terutama dalam menghindari penyakit sklerosis . Ada beberapa pemicu serangan Ms yang harus dihindari : Panas,KerjaBerat,Stress. Kami berharap, dengan adanya penulisan makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.Terima kasih kami ucapkan atas perhatiannya.

4.2 Kesimpulan
Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (ssp) kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ).Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai autoimun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri,.
Gejala biasanya muncul pada usia 20-40 tahun, lebih sering terjadi pada wanita.
Demielinasi bisa terjadi pada bagian otak atau tulang belakang mana saja, dan gejalanya tergantung kepada daerah yang terkena. Demielinasi pada jalur saraf yang membawa sinyal ke otot menyebabkan kelainan gerak (gejala motorik), sedangkan jika terjadi pada jalur saraf yang menuju ke otak menyebabkan kelainan sensasi (gejala sensorik). Gejala awal yang sering terjadi adalah kesemutan, mati rasa atau perasaan aneh pada lengan, tungkai, batang tubuh atau wajah. Ketangkasan dan kekuatan tungkai atau tangan bisa hilang. Beberapa penderita hanya memiliki gejala pada mata berupa penglihatan ganda, kebutaan parsial dan nyeri pada satu mata, penglihatan kabur atau suram atau hilangnya penglihatan pusat (neuritis optikus). Sampai saat ini multiple sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita dari pada pria.yang terserang biasanya orang – orang yang berumur antar 20 – 50 tahun.penderita multiple sclerosis banyak ditemukan di daerah – daerah beriklim dingin dan pada umumnya berasal dari ras kaukasoid ( bangsa kulit putih).sedangkan di daerah yang beriklim panas seperti di Indonesia dan pada bangsa kulit berwarna lainya.Multiuple sclerosis menjadi penyakity yang amat sangat langka.





























DAFTAR PUSTAKA

www.google.com Diposkan oleh Be 11 Nursing AE di
Marlynn E. Doenges Rencana Asuhan Keperawatan , jakarta Buku kedokteran EGc

1 komentar: